Dirimu Dulu, Baru Orang Lain.
Teman adalah seseorang yang mengambil sekira nya 75% waktu dari kehidupan remaja, gimana enggak? sekolah saja udah menyita waktu kita hampir 8 jam sehari, belum kalau ada kerja kelompok, ngerjain tugas bareng, main ke rumah si A, si B, si C, belum jika ada acara perayaan hari lahir seseorang, terbayang kan seberapa banyak waktu yang kita habiskan untuk sekelompok “teman”?
Jenis teman pun, nyatanya ada variasi nya, teman yang akrab sekali, akrab sekedarnya, ada yang sekedar kenal, ada yang cuma tau nama, ada yang ketemu setiap hari, ketemu seminggu sekali, ada yang cuma berbincang saat hari raya, ada yang sekedar reply story instagram untuk mengucapkan HBD.
Kebayang kan seberapa banyak sifat orang yang terpapar di kehidupan kita, seberapa banyak ideologi individu lain yang bisa kita lihat, dengar, dan rasakan sendiri?
Sebagian orang mendahulukan pemikiran orang lain untuk memasuki dan mempengaruhi jalan pikir nya sendiri, saya termasuk kedalamnya.
Hampir seumur hidup saya, saya banyak, atau mungkin lebih tepatnya, sangat memikirkan opini orang lain terhadap diri saya, bagaimana saya berucap, berpakaian. Apalagi yang beropini adalah “teman” saya.
“Eh kok baju lo warna nya nge jreng banget?” maka akan saya ganti gaya baju saya saat itu, “lo banyak amat yang diomongin dah” selanjutnya saya akan sebisu mungkin sampai ada yang mengajak saya bicara. Padahal, pada saat itu, sebenarnya baju saya engga se-mencolok itu, omongan saya juga belum sebanyak itu hingga harus diprotes.
Tapi, nyatanya ada beberapa “teman” kita yang kayaknya harus aja mengomentari kehidupan orang lain, ga peduli diperlukan atau engga, ga peduli apa itu benar-benar bermanfaat, dan yang pasti ga peduli apa itu akan nyakitin hati kita apa engga.
Kalau disuruh milih, kayaknya saya lebih milih biar tuli daripada harus dengerin omongan nyelekit orang ga berperasaaan, lebih milih buta daripada harus ngeliat tatapan menghakimi dan mengejek orang ketika saya berusaha mengekspresikan diri saya, tapi ternyata pilihan itu gabisa dipilih oleh saya, karena saya akan jadi makhluk yang tidak bersyukur akan kenikmatan yang tuhan beri.
Kalau gitu, apa dong yang saya harus lakukan? ya apa lagi? ya saya harus lebih menangin pikirin saya dibanding punya orang lah! Ada pepatah bilang, mau kita usaha sekuat apapun, kita ga akan bisa membuat semua orang yang kenal kita itu suka sama kita. Dan setelah saya kenal banyak orang, pepatah itu benar sekali. Mau kita berusaha menyenangkan semua orang, pasti ada aja orang sirik yang gak suka kita, alasannya? ya gak ada, dia emang gak suka aja ama kita, aneh kan? Makanya, daripada pusingin orang-orang kaya gitu, lebih baik kalau kita fokus ke diri kita, lakuin apa yang kita suka, mau orang gak suka, orang gak senang, masa bodo! karena emang harusnya kita urusi urusan kita masing-masing.
Kalau orang lain aja beropini tanpa memedulikan perasaan kita, buat apa kita memedulikan opini dia? makanya, dalam hidup ini, dahulukan diri sendiri, baru orang lain. (Aliya Shaumy, XI IPA 1)
Komentar
Posting Komentar